TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Alasan Gurandil Lebak Gunakan Sianida untuk Olah Emas 

Beberapa gurandil lain memilih pakai merkuri

IDN Times/Aldila Muharma

Lebak, IDN Times - Selain menggunakan zat kimia merkuri dalam pengolahan emas, para penambang emas tanpa izin (PETI) atau gurandil di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menggunakan senyawa kimia berbahaya lainnya, yakni sianida.

Merkuri dan sianida menjadi bahan paling sering dipakai gurandil untuk memurnikan emas hasil tambang. 

Baca Juga: Gurandil Tambang Emas di Lebak Merasa Diperlakukan Bak Teroris 

1. Sianida dinilai lebih simpel untuk mengolah emas

IDN Times/Aldila Muharma

Salah satu gurandil yang tak mau menyebutkan namanya mengatakan, sianida dipakai karena lebih simpel. Dia hanya memasukkan sianida ke dalam tong berisi air, lalu merendam batu yang mengandung emas selama tiga hari. 

"Kalau merkuri ribet, harus ditumbuk dulu. Belum lagi dimasukkan ke gulundung, belum ngejok lagi, ganti air, dan ditumbuk," kata pemuda itu saat ditemui IDN Times, Kamis (6/2).

Baca Juga: Pemprov Banten: Bos Tambang Emas Ilegal di Lebak Kabur  

2. Warga tahu gurandil setelah diberi tahu oleh sebuah yayasan asal Korea

IDN Times/Muhamad Atib

Maraknya penggunaan zat berbahaya sianida di Kabupaten Lebak untuk proses pemurnian emas mulai terjadi sejak 2016 ketika ada yayasan asal Korea datang ke kampung mereka. Mereka mengajarkan para gurandil di Kabupaten Lebak mengolah emas agar lebih simpel.

"Kita juga penasaran orang Korea datang tiba-tiba ngajarin. Ngenalin diri dari yayasan ini ke bos-bos gede, lalu dari bos-bos gede dipagahannya (diajarkan)," katanya.

Baca Juga: [FOTO] Kesaksian Pekerja Pengolahan Hasil Tambang Emas Ilegal di Lebak

Berita Terkini Lainnya