Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cerita Pilu Warga Sekitar TPA Sampah Cilowong, 'Bersahabat' dengan Bau

IDN Times/Muhamad Iqbal

Serang, IDN Times - Bau dan pencemaran lingkungan akibat limbah cair sampah (lindi) menjadi persoalan yang dirasakan oleh warga Cilowong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang sejak menjadi lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) sejak 1995.

Saking sering mencium bau sampah, hidung warga sekitar TPA Cilowong seperti sudah bersahabat dengan bau-bauan itu dengan mereka tidak tahu apa dampak kesehatan akibat menghirup udara tersebut.

1. Air sumur warga tak pernah dicek laboratorium

default-image.png
Default Image IDN

Hingga saat ini warga masih mengonsumsi air dari galian sumur untuk minum, memasak, mencuci dan mandi setiap hari. Sebagai daerah terdekat mestinya air tersebut diperiksa di laboratorium terlebih dahulu apakah tercemar atau tidak. Mengingat, air sungai dan irigasi yang mengairi persawahan warga terlihat hitam pekat karena diduga tercemar cairan limbah sampah.

"Kalau untuk kesehatan pasti (berdampak) tanaman aja gak jadi air kan lari ke bawah. Air lindi yang ditakutin kan air lindi gak ada gorong-gorong sejauh ini ke tanah warga. Penyerapan air kan kesini buat minum mandi," kata Eni Jumaeni, Ketua RT Pasir Gadung Wadas, Kelurahan Cilowong, Kecamatan Taktan, Kota Serang saat dikonfirmasi, Minggu (14/2/2021).

Eni bercerita, kerap mengelus dada dan merasa sedih ketika melihat perilaku masyarakat perkotaan yang masih membuang sampah sembarangan. Tanpa ada rasa empati terhadap masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar TPA.

"Mereka gak tahu ngebuangnya ke tempat saya. Mereka enak-enakan (buang sampah) tempat saya yang jadi dampaknya," kata Eni.

2. Khawatir terjadi bencana longsor

default-image.png
Default Image IDN

Eni menuturkan, kekhawatiran yang selalu menghantui warga di sana adalah ancaman bencana longsor TPA. Itu akan berdampak terhadap permukiman warga lantaran berada di bawah TPA dengan jarak sekitar setengah kilo meter.

Kondisi itu lantaran  sistem pengolahan sampah di TPA Cilowong dinilai belum maksimal. Sementara, per hari TPA Cilowong menampung 600 ton sampah kiriman dari Kota Serang dan Kabupaten Serang.

Hal lain membuat miris warga pemerintah Kota Tangerang Selatan berencana turut akan membuang 400 ton sampah per hari ke TPA Cilowong. Nahas, kebijakan Pemkot Serang menyetujui rencana tersebut tanpa musyawarah terlebih dahulu sebelumnya.

"Harusmya jangan dulu (terima sampah) tunjukan dulu kelola (sampah) yang ini. Kalau pengelolaannya sudah bagus silahkan (terima) sampah Tangsel," kata Eni.

3. Sudah dua kali terjadi longsor, menelan dua korban jiwa

ANTARA FOTO/Arnas Padda

Berdasarkan informasi yang dihimpun, sudah sebanyak dua kali TPA milik Pemkot Serang itu terjadi longsor dan dua orang warga meninggal dunia tertimbun longsoran saat menggembala kambing di sekitar TPA.

"Dua orang jadi korban tahun 2019 tertimbun longsor. Sampai sekarang mayatnya gak ketemu mana tanggung jawab pemerintah," kata Eni.

4. Tidak pernah mendapatkan kompensasi

default-image.png
Default Image IDN

Meski sudah sekian lama mereka hidup berdampingan dengan TPA, warga mengaku sejak dulu masyarakat sekitar tidak pernah mendapatkan kompensasi dari pemerintah. Mulai dari kompensi jaminan sosial dan kesehatan.

Kompensasi untuk warga baru dibahas Pemkot Serang setelah adanya wacana pembuang sampah Kota Tangsel. "Sejauh ini orang sini belum pernah menikmati kompensasi. Kalau ada paling setiap (acara hari besar islam) ngasih proposal kaya minta-minta gitu. Jaminan apa-apa gak ada," kata Eni.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Khaerul Anwar
Martin Tobing
Khaerul Anwar
EditorKhaerul Anwar
Follow Us