Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Citra Satelit Menunjukkan Kondisi Sebelum dan Sesudah Pagar Laut

IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
Intinya sih...
  • Pagar bambu di laut perairan utara Kabupaten Tangerang menjadi polemik publik
  • Ada 263 bidang SHGB di kawasan pagar laut Tangerang, dimiliki oleh PT Intan Agung Makmur dan PT Cahaya Inti Sentosa
  • Fakta bahwa pagar tersebut telah eksis terlihat pada pencitraan satelit di aplikasi Google Earth pada bulan Juni tahun 2024 benar adanya

Tangerang, IDN Times - Misteri pagar bambu di laut perairan utara Kabupaten Tangerang masih menjadi polemik yang terus diperbincangkan publik. Siapa yang membangun dan mulai kapan ratusan ribu bambu itu ditancapkan ke laut dan disusun sedemikian rupa menjadi bentuk pagar, kini menjadi isu nasional. 

Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid mengakui adanya wilayah di kawasan pagar laut Tangerang yang memiliki Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) dan Sertifikat Hak Milik (SHM). 

Nusron mengungkap, SHGB tersebut dimiliki perusahaan maupun perseorangan dengan total 263 SHGB.

"Atas nama PT Intan Agung Makmur sebanyak 234 bidang dan atas nama PT Cahaya Inti Sentosa sebanyak 20 bidang atas nama perseorangan sebanyak 9 bidang," ujar Nusron dalam konferensi pers di kantornya di Jakarta Selatan, Senin (20/1/2025).

Dalam penelusuran lewat situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Cahaya Inti Sentosa selaku pemilik 20 bidang SHGB di kawasan pagar laut Tangerang merupakan anak usaha PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI).

Berdasarkan data di Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum, PT Cahaya Inti Sentosa beralamat di Kawasan 100 Blok C Nomor 6, Jalan Kampung Melayu Timur, Kabupaten Tangerang. 

PANI jadi perusahaan yang bertanggung jawab dalam pembangunan proyek PIK 2. PIK 2 merupakan proyek properti sekaligus kawasan elite yang terletak di sekitar Jakarta dan Kecamatan Kosambi, Banten. PIK 2 terdiri dari sejumlah fasilitas mewah, mulai dari perumahan elite, pantai, tempat wisata, hingga pusat perbelanjaan.

PIK 2 sendiri dimiliki oleh Agung Sedayu Group dan Salim Group. Agung Sedayu Group adalah perusahaan pengembang properti ternama yang dimiliki oleh Sugianto Kusuma alias Aguan, sedangkan Salim Group dipimpin oleh Anthony Salim.

Untuk saat ini, PANI dipimpin oleh Aguan selaku Presiden Direktur dan sang adik, yakni Susanto Kusumo di kurs Presiden Komisaris. Selain itu, keluarga Kusuma lainnya yang ada di jajaran Dewan Direksi dan Dewan Komisaris adalah Alexander Halim Kusuma (Wakil Presiden Direktur), Steven Kusumo (Komisaris), dan Richard Halim Kusuma (komisaris).

Di sisi lain, PT Intan Agung Makmur selaku pemilik mayoritas SHGB di sekitar kawasan pagar laut tidak tercantum dalam daftar anak usaha PANI maupun Agung Sedayu Group.Namun, berdasarkan penulusuran AHU Kementerian Hukum, PT Indah Agung Makmur terletak di Jl. Inspeksi PIK 2 Nomor 5 (Terusan Jalan Perancis), Kabupaten Tangerang, Banten.

Di sisi lain, berdasar informasi yang dihimpun sejumlah pihak menyebut bahwa pagar itu eksis mulai bulan Juni 2024 lalu, hal itu merujuk pada citra satelit yang diakses melalui aplikasi Google Earth. Namun, dalam aplikasi tersebut, nampak pula bahwa sebenarnya pagar tersebut sudah eksis jauh sebelum bulan Juni 2024.

Berikut fakta-fakta pagar laut di utara Kabupaten Tangerang, berdasar pencitraan satelit pada aplikasi Google Earth dari waktu ke waktu.

1. Pagar laut itu sudah eksis setidaknya sejak Juni 2024, membentang dari Muara Kramat hingga muara Sungai Cisadane

Citra Google Earth terkini di lokasi pagar laut di laut Tangerang (Sumber: Google Earth)

Jika melihat citra satelit pada aplikasi Google Earth terkini, tampak jelas bahwa pagar bambu yang tengah heboh diperbincangkan ini membentang dari sekitar Muara Keramat atau pada kordinat latitude 6° 1'54.85"S dan longatitude 106°35'25.71"E hingga sampai pada sekitar area muara Sungai Cisadane tepatnya pada latitude 5°59'43.07"S dan longatitude 106°37'56.56"E.

Fakta bahwa pagar tersebut telah eksis terlihat pada pencitraan satelit di aplikasi ini setidaknya sejak Juni 2024 benar adanya, hal itu bisa dilihat menggunakan fitur timelapse yang memungkinkan pengguna mengakses citra satelit dari waktu ke waktu.

Meski sudah eksis dari Juni 2024, namun belum bisa diketahui pasti kapan proyek pagar bambu itu dimulai, karena pada citra terakhir sebelum bulan Juni, tepatnya bulan April 2024, belum tampak bangunan tersebut di area Muara Kramat.

2. Diduga sudah ada bangunan pagar bambu mulai April 2022

Akan tetapi, jika ditelusuri lebih lanjut melalui fitur timelapse, terlihat bahwa pada April 2022 sudah konstruksi pagar bambu yang eksis pada lokasi yang sudah ditandai sebagai pembangunan pagar pertama dimulai, lokasi ini berbeda dengan lokasi yang saat ini eksis.

Pagar ini berada di sebelah timur Muara Keramat, tepatnya berada pada kordinat latitude 6° 1'30.89"S longatitude 106°36'7.90"E.

3. Diduga ada kawasan perairan yang menjadi daratan di sekitar area muara Sungai Cisadane

Di area yang sama, pada bulan Agustus 2022, nampak bahwa sudah ada bangunan menyerupai pagar pada citra satelit pada koordinat latitude 6° 1'31.27"S longatitude 106°36'12.79"E hingga area sekitar muara Sungai Cisadane di latitude 6° 0'10.26"S dan longatitude 106°38'28.80"E.

Anehnya, jika dilihat dari pencitraan satelit tersebut pada citra terkini, nampak wilayah perairan yang nampak terlihat dari citra satelit di tahun 2022 nampak seperti tergantikan dengan kawasan daratan, bahkan nampak pula ada proyek pembangunan di area tersebut.

Citra Google Earth pada Agustus 2022 di lokasi pagar laut di laut Tangerang (Sumber: Google Earth)
Citra Google Earth terkini di lokasi pagar laut di laut Tangerang tepatnya di sekitar muara Sungai Cisadane (Sumber: Google Earth)

4. Apa itu Google Earth?

Google Earth adalah sebuah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk menjelajahi bumi secara virtual melalui gambar satelit, foto udara, peta, dan data geografis tiga dimensi.

Aplikasi yang dikembangkan oleh Google ini menyediakan visualisasi interaktif dari berbagai lokasi di seluruh dunia, seperti pegunungan, lautan, kota, dan tempat-tempat terkenal.

Dengan Google Earth, pengguna dapat melihat peta dalam bentuk tiga dimensi, termasuk detail bangunan dan bentang alam. Fitur Street View memungkinkan pengguna untuk menjelajahi jalan-jalan secara langsung melalui foto panorama 360 derajat.

Selain itu, fitur Timelapse memungkinkan pengguna melihat perubahan lingkungan atau kota dari waktu ke waktu melalui gambar satelit historis. Google Earth juga dilengkapi dengan fitur pencarian lokasi yang memudahkan pengguna menemukan alamat, tempat wisata, atau lokasi geografis tertentu.

Melalui fitur Voyager, pengguna dapat menikmati tur interaktif dengan tema khusus, seperti budaya, ekologi, atau sejarah. Aplikasi ini menjadi alat yang sangat berguna untuk eksplorasi, pendidikan, dan penelitian.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
M Iqbal
Ita Lismawati F Malau
3+
M Iqbal
EditorM Iqbal
Follow Us