Debt Collector Ancam Hajar Polisi di Gading Serpong

- Debt collector mengancam akan menghajar polisi wanita
- Polisi memastikan proses hukum berlanjut
- Para debt collector mobil dalam pengejaran
Tangerang, IDN Times – Keributan antara polisi dan sekelompok debt collector atau penagih utang terjadi di kawasan Ruko Neo Arcade, Gading Serpong, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Kamis (2/10/2025) malam. Insiden bermula ketika para debt collector itu hendak menarik paksa mobil warga yang menunggak cicilan, namun berujung adu mulut dengan aparat.
Kapolsek Kelapa Dua, Kompol Gusperihatin Zen, mengatakan pihaknya mendapat laporan dari warga terkait aksi penarikan tersebut. Polisi kemudian datang untuk mengimbau agar masalah diselesaikan di kantor polisi. Namun, ajakan itu justru dilawan para penagih utang.
“Ada dasar apa polisi ke sini? Saya tidak membunuh, saya tidak memukul, dan saya tidak membuat keributan,” kata salah satu debt collector kepada petugas, seperti ditirukan Gusperihatin, Jumat (3/10/2025).
1. Polisi wanita dimaki-maki oleh pelaku

Ketegangan makin memanas ketika seorang polisi wanita yang sedang piket ikut mendatangi lokasi. Salah satu matel melontarkan ancaman kasar.
“Kalau kamu tidak memakai seragam, saya hajar kalian,” ujar Gusperihatin menirukan ancaman debt collector tersebut.
Melihat situasi tak terkendali, perwira pengawas di lapangan langsung memerintahkan jajarannya untuk mengamankan para matel. Namun, mereka memilih kabur menggunakan mobil dan motor.
2. Polisi memastikan proses hukum berlanjut

Gusperihatin menegaskan, pihaknya tidak akan membiarkan aksi premanisme berkedok penagihan utang. Identitas para debt collector sudah dikantongi dan kini dalam pengejaran. “Ini langkah kami, apapun bentuk premanisme akan kita tindak lanjuti,” tegasnya.
Ia juga mengakui bahwa mobil yang hendak ditarik memang menunggak cicilan tiga bulan. Namun menurutnya, penarikan kendaraan tidak bisa dilakukan dengan cara intimidasi.
“Betul pengguna kendaraan roda empat menunggak tiga bulan, tapi bukan dengan cara itu. Harus diimbau dengan baik tanpa kekerasan,” ujar Gusperihatin.