New Normal, Petani Baduy Mulai Garap Ladang

Suku Baduy sempat menolak bansos pandemik dari pemerintah

Lebak, IDN Times - Sepekan terakhir, sejumlah petani Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, mulai menggarap ladang padi huma. Suku Baduy sebelumnya menolak bantuan sosial (bansos) pandemik COVID-19 dari pemerintah. 

"Kami hari ini membuka hutan dengan melakukan pembabatan rerumputan ilalang dan pepohonan untuk ditanami ladang padi huma seluas satu hektare," kata Santa (50), seorang petani Baduy saat ditemui ANTARA pada Minggu, 5 Juli 2020, di ladang berlokasi di Blok Cicuraheum Gunungkencana.

1. Aktivitas berladang dimulai untuk memenuhi pangan warga

New Normal, Petani Baduy Mulai Garap LadangSuku Baduy bertani (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Penggarapan lahan pertanian ladang huma itu guna memenuhi kebutuhan pangan keluarga juga peningkatan ekonomi. Mereka petani menanam padi huma tersebut di lahan-lahan perbukitan dan pegunungan karena memberikan kesuburan tanaman.

Selama ini, petani Baduy mengembangkan pertanian organik, tanpa menggunakan pupuk kimia. Suku ini biasanya membuka lahan ladang huma dengan menggunakan pupuk organik yang berasal dari sisa-sisa pembabatan semak belukar, ilalang, hingga pohon yang dibakar. 

"Kami menargetkan tanam padi huma awal Agustus 2020 dan memasuki panen selama enam bulan ke depan, Februari 2021," kata Santa. 

2. Suku Baduy masih mempertahankan adat leluhur dalam bertani

New Normal, Petani Baduy Mulai Garap Ladanginstagram.com/taufik.hidyt

Tetua Adat yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Jaro Saija mengatakan, saat ini petani Baduy secara serentak mulai menggarap lahan ladang huma dengan membuka hutan di perbukitan dan pegunungan.

Hingga kini, para petani Baduy masih mempertahankan adat leluhur dengan melaksanakan pertanian ladang huma di lahan darat sebagai sumber ketersediaan pangan keluarga juga ekonomi.

Karena itu, masyarakat Baduy yang berpenduduk 4.320 kepala keluarga (KK) dan 14.600 jiwa tersebar di 68 Kampung belum mengalami kerawanan pangan maupun kelaparan, di tengah pandemik COVID-19 sekalipun.

Petani Baduy itu, selain bercocok tanam padi huma juga tanaman palawija dan sayuran.

Biasanya, tanaman palawija dan sayuran itu dijadikan pendapatan ekonomi mereka karena hasil panenya dijual ke pasar. "Semua hasil panen padi huma itu disimpan di 'leuit' atau rumah pangan untuk ketersedian konsumsi pangan keluarga," katanya menjelaskan.

3. Leuit, kunci Suku Baduy tidak kelaparan

New Normal, Petani Baduy Mulai Garap LadangWarga Baduy (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar menjelaskan selama ini petani Baduy memberikan kontribusi besar terhadap ketersediaan pangan mereka.

Sebab, produksi pangan petani Baduy tersebut dijadikan untuk ketersediaan pangan keluarga sehingga mereka tidak pernah kelaparan.

Mereka petani Baduy kini memiliki 2.000 rumah pangan dengan rata-rata empat ton/leuit maka bisa menyimpan gabah sekitar 800 ribu ton.

"Kami terus mendorong agar petani Baduy mampu mengembangkan padi huma dan dapat menyumbangkan ketahanan pangan keluarga mereka," katanya.

4. Di tengah pandemik, Baduy menolak bansos dari pemerintah

New Normal, Petani Baduy Mulai Garap LadangANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Diberitakan sebelumnya, masyarakat Baduy menolak dana Bantuan Sosial Tunai (BST) dan Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi warga terdampak. Alasannya beragam, salah satunya ditakutkan membuat kecemburuan sosial.

"Kami menolak penyaluran BST maupun BLT itu," kata Jaro Saija, Tetua Adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar. 

Penolakan itu, kata Jaro, juga disepakati lembaga adat karena bisa menimbulkan kecemburuan sosial.

"Jumlah warga yang tidak menerima lebih banyak dibandingkan warga yang menerima dana sosial, sehingga tidak menyanggupi bentuk pertanggungjawabannya," ujarnya menjelaskan.

Menurut dia, selama ini, masyarakat Baduy yang tinggal di Gunung Kendeng itu sangat kuat terhadap aturan adat karena titipan leluhur.

Masyarakat Baduy lebih mencintai kedamaian, kerukunan, keharmonisan, dan saling tolong-menolong. Bahkan, masyarakat Baduy yang menempati tanah hak ulayat adat itu hingga kini belum pernah terjadi kriminalitas, keributan, kerusuhan dan Baduy terbebas dari penyalahgunaan narkoba.

Selain itu juga masyarakat Baduy belum mengalami kelaparan pangan, karena bisa menyimpan gabah hasil panen padi huma. "Kami lebih baik dana sosial akibat dampak COVID-19 itu diberikan ke orang lain saja," katanya.

Baca Juga: Hanya Wisatawan Lokal yang Boleh Berkunjung ke Baduy 

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya