Makanan pada Program MBG di Cibadak Lebak Diduga Basi

- Penyalur MBG bantah tudingan ada makanan yang basi. Iwan Sunano, perwakilan Yayasan Ijah Barokah membantah bahwa makanan yang disalurkan kepada beberapa sekolah basi.
- Penyalur MBG lakukan pengecekan. Pihak yayasan sudah melakukan pengecekan terhadap makanan yang akan dikirim maupun sesudah dikirim kepada penerima, dan hasilnya pun tidak ada makanan yang basi.
- Guru wajib cicipi MBG sebelum diberikan ke anak. Guru di sekolah sudah diinstruksikan agar mencicipi makanan sebelum dibagikan. Jika terbukti basi, makanan tidak boleh didistribusikan dan harus segera dilaporkan.
Lebak, IDN Times - Makanan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang disalurkan ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan beberapa Sekolah Dasar di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak pada pada 4 Agustus lalu, dikeluhkan siswa karena diduga basi. Wakil Kepala MTs Mathla'ul Anwar Cibadak, Agung Anin Firdaus mengatakan, saat pembagian makanan ke para siswa, salah seorang guru mendapatkan aduan dari siswa bahwa sayur yang ada didalam makanan terasa asam.
"Guru pun langsung mencicipi dan ternyata memang sayur sudah asam, dan tempe pun terasa pahit. Para siswa pun dilarang untuk memakan makanan tersebut," kata Agung, Jumat (5/9/2025).
1. Penyalur MBG membantah tudingan ada makanan yang basi

Sementara itu, Iwan Sunano, perwakilan Yayasan Ijah Barokah, selaku mitra yang menyalurkan MBG membantah, bahwa makanan yang disalurkan kepada beberapa sekolah basi.
"Itu bukan basi, tapi memang penyaluran makanan kemarin itu sayurnya berkuah, sehingga penerima mengiranya basi," kata Iwan.
2. Penyalur MBG mengecek makanan

Ia mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan pengecekan terhadap makanan yang akan dikirim maupun sesudah dikirim kepada penerima, dan hasilnya pun tidak ada makanan yang basi.
"Memang sayur yang hari Senin kami hidangkan sayur tidak berkuah, sedangkan untuk kemarin kita pakai sayur yang berkuah, mungkin itu yang diduga basi," ujarnya.
3. Guru wajib mencicipi MBG sebelum diberikan ke anak didik
Ia menambahkan, guru di sekolah sudah diinstruksikan agar mencicipi makanan sebelum dibagikan. Jika terbukti basi, makanan tidak boleh didistribusikan dan harus segera dilaporkan. Namun hingga saat ini belum ada laporan resmi terkait makanan basi.
“Ompreng yang kami tarik kembali semuanya sudah dikonsumsi murid. Memang ada sisa, terutama nasi dan sayur, tetapi lauk selalu habis,” katanya.



















