Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Walhi: Proyek PSEL di Tangsel Tak Realistis

IDN Times/Muhamad Iqbal
IDN Times/Muhamad Iqbal
Intinya sih...
  • Manajer kampanye Walhi anggap proyek PSEL di Tangsel tidak realistis karena biaya pembiayaan daerah dan potensi pembengkakan biaya sampah tak terpilah
  • Biaya pengolahan sampah per ton rata-rata Rp500 ribu, output energi listrik hanya bonus dan tidak bisa diharapkan sebagai potensi pendapatan
  • Pengolahan sampah dengan metode PSEL sangat bergantung pada sampah yang sudah terpilah dengan baik, sedangkan pengelolaan sampah di Tangsel terus meningkat hingga 3,2% per tahun

Tangerang Selatan, IDN Times - Manajer Kampanye Tata ruang dan Infrastruktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Dwi Sawung menilai, proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di Tangerang Selatan tidak realistis.

Penilaian tersebut, kata dia, jika mengacu pada kemampuan pembiayaan daerah terhadap skema pembayaran pengolahan sampah serta potensi pembengkakan biaya yang disebabkan sampah yang diangkut tanpa terpilah.

"Kami lihat APBD-nya saja lah, sanggup enggak sih dia membiayai itu? (PSEL) di Solo itu kan karena ada bantuan pemerintah pusat ya waktu itu," kata Sawung, Senin (26/5/2025).

1. Jual listrik dari PSEL merupakan bonus dari upaya pengolahan sampah

Sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sandubaya, Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)
Sampah yang menggunung di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sandubaya, Kota Mataram. (IDN Times/Muhammad Nasir)

Sawung mengatakan, di seluruh dunia rata-rata biaya pengolahan sampah per ton di angka Rp500 ribu lebih. "Paling rendah tuh sekitar 36 dolpar per ton itu sudah paling rendah banget," kata dia.

Terkait output pengolahan sampah menjadi energi listrik, menurut Sawung, hal tersebut menjadi bonus saja dan tidak bisa diharapkan menjadi potensi pendapatan.

"Jadi kalau mengharapkan dari sana menjual listrik dan jadi keuntungan yang bisa digunakan mengurangi biaya itu tidak realistis," kata dia.

2. Sampah tak terpilah berpotensi membuat bengkak biaya pengolahan sampah

IDN Times/Muhamad Iqbal
IDN Times/Muhamad Iqbal

Terlebih, lanjut Sawung, pengolahan sampah dengan metode tersebut sangat bergantung pada sampah yang sudah terpilah dengan baik. Sampah yang tidak terpilah, atau tercampur berpotensi membuat biaya pengolahan sampah membengkak.

"Apalagi kalau kita tumpukannya tercampur, segala macam ada sebetulnya membuat menjadi mahal dan susah juga.  Kalau tercampur-campur gitu kan ada PR lagi untuk sortirnya. Sortirnya juga ada batas kapasitasnya," ungkapnya.

3. Pemkot Tangsel menjelaskan skema PSEL

Dok. Pemkot Tangsel
Dok. Pemkot Tangsel

Sebelumnya Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan menyatakan, PSEL Tangsel akan dibangun di kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan diproyeksikan mampu mengolah 1.100 ton sampah per hari, terdiri dari 1.000 ton sampah baru dan 100 ton sampah lama.

Teknologi yang digunakan berstandar Eropa, ramah lingkungan, tanpa bau, tanpa limbah, serta menghasilkan listrik sebesar 19,6 megawatt per jam yang akan dijual ke PLN.

Selain mendukung energi terbarukan, proyek ini juga menjawab tantangan pengelolaan sampah di Tangsel yang terus meningkat hingga 3,2% per tahun, lebih tinggi dari rata-rata nasional.

"Jadi kami juga mengantisipasi dalam beberapa tahun kemudian ini mungkin ada eskalasi, kita ada penambahan kapasitas kembali, tapi kita sudah hitung semuanya," kata dia.

Adapun mengenai skema pembiayaan PSEL mengacu pada aturan Kementerian Keuangan, dengan maksimum tipping fee Rp500.000 per ton. Namun hasil kajian menyebutkan kebutuhan biaya pengolahan mencapai Rp529.000 per ton. Skema pembagian antara pusat dan daerah akan difinalisasi usai studi kelayakan selesai.

Sebagai solusi jangka pendek sebelum PSEL beroperasi, Pemkot Tangsel juga telah menyiapkan lokasi pembuangan sementara di kawasan Cipeucang dan menjalin kerja sama pembuangan sampah dengan daerah lain seperti Pandeglang, Lebak, Tangerang, hingga wilayah Jawa Barat.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Muhamad Iqbal
Ita Lismawati F Malau
Muhamad Iqbal
EditorMuhamad Iqbal
Follow Us