Kasus COVID-19 di Indonesia yang Didominasi Kota

Apa dan bagaimana itu bisa terjadi?

Tangerang, IDN Times - Pakar epidemolog, Dewi Nur Aisyah menyebut kasus COVID-19 di Indonesia masih didominasi di wilayah perkotaan. Berdasar data yang dia kumpulkan kota di Indonesia yang jumlahnya 98 masih selalu "juara" dibanding kabupaten yang berjumlah 418 dalam hal kasus COVID-19.

"Perbandingan kasus antara kabupaten dengan kota soal penyumbang angka COVID-19 tertinggi ternyata dari perkotaan, 10 besar kasus tertinggi semuanya adalah kota," kata Dewi dalam bincang 'COVID-19 dalam Angka' di channel Youtube Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Rabu (26/8/2020).

Baca Juga: Puluhan Karyawan Positif, Pabrik di Kota Tangerang Jadi Klaster Corona

1. Jumlah penduduk kota lebih banyak dibanding kabupaten

Kasus COVID-19 di Indonesia yang Didominasi KotaANTARA FOTO/Didik Suhartono

Dewi mengatakan, jumlah kota ada 98, sedangkan Kabupaten ada 416. Artinya jumlah kota hanya seperempat dari jumlah kabupaten.

Namun, jika dilihat jumlah kasus COVID-19 di Indonesia, kota menyumbangkan angka kasus 64,3 persen. Sedangkan sisanya berasal dari kabupaten.

"Tapi (memang) jumlah penduduknya lebih banyak di kota. Walau jumlah kota hanya 98, tapi secara keseluruhan populasi kota lebih besar dari di Kabupaten," kata Dewi.

Untuk kasus aktif di perkotaan, lanjut Dewi, masih di angka 27 persen, sedangkan di kabupaten masih di angka 23 persen dari total kasus aktif di Indonesia saat ini.

2. Dalam kasus kematian, kota juga menyumbang angka yang lebih banyak

Kasus COVID-19 di Indonesia yang Didominasi KotaIDN TImes/M Shakti

Sementara berdasar datanya, jumlah yang meninggal, di Kabupaten jumlahnya lebih rendah di angka 4,4 persen sedangkan di perkotaan di angka 4,54 persen jika dilihat dari kasus positif COVID-19.

Selain itu, angka kesembuhan di perkotaan baru mencapai angka 68 persen, lebih rendah dari kabupaten yang angkanya lebih tinggi di angka 72 persen.

"Yang harus kita fokuskan adalah jumlah kasus aktif yang ada di Indonesia, kenapa? Kalau kumulatif pasti akan terus selalu bertambah setiap waktu. Kasus aktif adalah berapa jumlah orang yang sedang sakit," kata Dewi.

Dewi mengatakan, jika melihat jumlah kasus aktif antara kota dengan kabupaten. Kalau di perkotaan, ternyata jumlah kasus aktifnya 11 sampai 50 orang dalam satu kota, sedangkan di Kabupaten paling banyak 1 sampai 10 orang.

"Jadi kasus aktif di Kabupaten trennya kurang dari 10,  Kalau di kota 11 sampai 50. Dan kabar baiknya, sudah 64 kabupaten tidak ada kasus aktif. Sedangkan perkotaan hanya dua kota saja," kata dia.

3. Ada 30 kabupaten belum pernah ada kasus COVID-19

Kasus COVID-19 di Indonesia yang Didominasi KotaIDN TImes/M Shakti

Dewi menjelaskan, proporsi jumlah kasus yang ada jika melihat kasus aktif di kota dan kabupaten dibandingkan dengan rata-rata persentase kasus dunia. Sudah da 52 kota yang sudah di bawah rata-rata dunia dan masih ada 47 kota yang masih di atas rata-rata dunia.

"Kalau di Kabupaten kita masih menemukan yang masih tidak ada kasusnya. Artinya tidak pernah ada kasus di sana. Sebanyak 239 kabupaten sudah di bawah rata-rata dunia, 147 kabupaten masih di atas rata-rata dan 30 kabupaten belum pernah ada kasus," kata dia.

Perlu diketahui, lanjutnya, persentase kematian kasus positif dari rata-rata dunia di mana angkanya 3,54 persen. Jika dilihat angka kematian di kota dibanding rata-rata dunia, 48 kota masih di bawah rata-rata. Sedangkan yang di atas rata-rata dunia masih 50 kota.

"Untuk kabupaten, 254 kabupaten di bawah rata-rata dunia dan 132 masih di atas rata-rata dunia. 30 kabupaten belum belum pernah ada kasus," kata Dewi.

Sedangkan angka kesembuhan rata-rata dunia adalah 68,12 persen dari jumlah kumulatif kasus positif COVID-19. Jika dilihat angka kesembuhan kota dibanding rata-rata dunia, 51 kota sudah di bawah rata-rata, 41 kota masih di atas rata-rata.

Jika dilihat berdasar datanya, untuk kabupaten, angka kesembuhan kota dibanding rata-rata dunia, 149 kabupaten sudah di bawah rata-rata, sedangkan 149 sudah di bawah rata-rata, 237 masih di atas rata-rata dan 30 belum ada kasus.

Baca Juga: Zona Merah Berkurang, Tapi Zona Oranye Naik Jadi 237 Kabupaten/Kota 

4. Kota juga menyumbang kasus COVID-19 lebih tinggi dibanding kabupaten

Kasus COVID-19 di Indonesia yang Didominasi KotaYoutube/BNPB

Per-tanggal 23 Agustus, lanjutnya, ini peringkat kota kabupaten dengan jumlah kasus kumulatif tertinggi dari 40 kota kabupaten penyumbang angka kasus tertinggi yang ada di Indonesia, 70 persennya berasal dari perkotaan. Sedangkan 12 nya berasal dari kabupaten. Dari 10 besarnya hanya satu yang kabupaten.

"Sedangkan di dua puluh besar langsung masuk empat lagi. Jadi berbeda dengan yang tadi secara kasus mungkin yang masuk 20 besar hanya 2 kabupaten tapi ketika berbicara kematian 5 kabupaten masuk top 20 angka kematian tertinggi yang ada di Indonesia jadi kita melihat polanya seperti ini," kata Dewi.

5. Lalu kenapa angka kasus di kabupaten bisa lebih rendah?

Kasus COVID-19 di Indonesia yang Didominasi KotaMural COVID-19. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Dewi menguraikan, apa yang menjadi perbedaan antara kerentanan yang ada di kota dengan kabupaten soal penyebaran COVID-19. "Nah ini ada beberapa hal yang coba kita identifikasi baik dari literatur internasional maupun di nasional. Yang pertama tadi sudah kita bahas ya terkait dengan jumlah penduduk," kata dia.

Dewi menjelaskan, seperti halnya di Amerika kebanyakan yang tinggal di daerah atau daerah-daerah di desa usianya lebih tua jadi mereka lebih rentan dari sisi fatalitasnya.

"Sedangkan kalau di Indonesia, kita lihat mungkin ada kecenderungan sama cuma tidak terlalu tinggi setinggi Amerika karena mereka benar-benar berbeda sekali antara komposisi usia, kelompok umur yang ada di perkotaan," kata Dewi.

Dijelaskannya, kota sendiri punya masalah lebih banyak dari di pedesaan. Karena perkotaan di Indonesia ini hanya 98, sedangkan kabupaten ini 416. Perbandingannya 1:4, tapi ternyata jumlah penduduknya yang ada di perkotaan ini sudah menyumbangkan 55 persen dari keseluruhan populasi.

"Itu jumlah penduduk lebih tinggi, nah ini yang kedua sudah ada jumlah kita masuk di kepadatan penduduk jika dihitung dengan luas per kilometer persegi. Sudah jumlahnya banyak, area ini juga tidak terlalu besar sehingga itu menyebabkan kepadatan penduduknya jauh lebih tinggi di perkotaan daripada di kabupaten," kata Dewi.

Pengaruh populasi dan luas wilayah itu akan berbanding lurus dengan cepat dan masifnya penularan. "Coba kita bayangkan kalo di perkotaan, mal jauh lebih banyak. Mungkin kegiatan gymnya juga ada. Kegiatan-kegiatan yang lebih banyak berkumpul orang itu resiko tingginya jauh lebih kelihatan memang aktivitasnya yang ada di perkotaan," kata Dewi.

Sedangkan desa di kabupaten, rumah satu dengan rumah yang lain saja bisa jauh jumlahnya antara satu dengan yang lain. Sedangkan di kota jauh lebih padat.

6. Kasus COVID-19 di kabupaten kecil karena realitasnya demikian, atau minimnya tracing dan faskes?

Kasus COVID-19 di Indonesia yang Didominasi KotaANTARA FOTO/Umarul Faruq

Tapi faktor lain juga bisa membuat klise angka ini, karena fasilitas kesehatan sebenarnya di perkotaan lebih banyak dibandingkan di kabupaten artinya bisa saja orang terpapar tapi tak terdeteksi karena fasilitas untuk tracking yang masih minim.

"Jadi nanti kalau kita lihat mungkin di kabupaten ini kelemahan yang lain adalah cenderung jumlah faskes lebih sedikit dan bisa jadi aksesnya jauh untuk menuju ke fasilitas kesehatan," kata dia.

Namun walau kabupaten punya permasalahan di fasilitas kesehatan, tapi tetap kemudian angka kematian masih lebih tinggi yang di perkotaan itu karena ketika jumlah kasus sudah tinggi mau tidak mau fasilitas kesehatan kota tetap kewalahan.

"Yang pertama kita harus pahami karakteristik kerentanan yang berbeda. Mungkin ada di beberapa daerah yang berbeda di Indonesia yang kabupatennya ini punya proporsi penduduk yang lebih banyak orang-orang tuanya. Ini harus kita lindungi jangan sampai terjadi penularan yang sangat tinggi di sana dan mengakibatkan kefatalan yang sangat tinggi juga," kata Dewi.

Kemudian, lanjutnya, respons baik dari pemerintah daerah, masyarakat juga harus memahami, jika memang di kabupaten dirasakan pelayanan fasilitas kesehatannya perlu ditingkatkan ini dipastikan dari mulai jumlah tempat tidurnya, jumlah SDM kesehatan dan kapan harus merujuk ke yang lebih besar.

"Bisa jadi kan dari kabupaten dirujuk ke kota juga untuk dilaksanakan pengobatan dan kota juga harus paham dengan aktivitasnya yang begitu banyak. Tadi pagi kita membahas mengenai bioskop juga. Ini jarang ya kabupaten satu dengan jumlah penduduk yang sekian, tapi di perkotaan jauh lebih padat, jauh lebih banyak orang yang beraktivitas," kata Dewi.

Baca Juga: Anies Baswedan: Bioskop di Jakarta akan Kembali Dibuka

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya