Usai Dipakai Jokowi, Baju Kampret Khas Baduy Laris Manis

Permintaan hasil kerajinan Baduy lainnya pun meningkat

Lebak, IDN Times - Pelaku usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) masyarakat Baduy mengaku bersyukur setelah Presiden Joko Widodo mengenakan busana adat Baduy pada Sidang Kenegaraan di Jakarta pada medio Agustus lalu. Setelah pengenaan busana adat Baduy oleh orang nomor satu di Indonesia itu, pelaku UMKM kebanjiran permintaan. 

"Kami menerima laporan kini banyak permintaan baju kampret yang dikenakan Presiden Jokowi, "kata Tetua Adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Jaro Saija, seperti dikutip dari Antara pada Rabu (1/9/2021). 

Pelaku UMKM, Jali (65), mengaku saat ini permintaan busana Baduy meningkat mulai baju kampret, tas koja, lomar atau kain pengikat kepala, kain tenun, golok, selendang, batik hingga aneka suvenir. 
 
"Kami pendapatan relatif lumayan setelah Presiden Jokowi mempromosikan busana adat Baduy, karena banyak permintaan secara online maupun konsumen datang ke sini, " ujar Jali.

Baca Juga: Pakaian Adat yang Dipakai Jokowi Hasil Karya Pengrajin Baduy

1. Kerajinan tenun Baduy bisa dijual hingga satu juta rupiah

Usai Dipakai Jokowi, Baju Kampret Khas Baduy Laris ManisANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Jaro Saija mengatakan, saat ini pelaku UMKM kembali bangkit karena mereka banyak menerima permintaan konsumen. "Ada dua ribu UMKM di sini, sudah berproduksi untuk membuat kerajinan kain tenun dan merajut tas koja dari akar pohon terep," kata dia. 

Para pelaku UMKM itu menjual baju kampret berkisar Rp200-350 ribu tergantung kualitas. 
Sementara itu, harga kain tenun berkisar dari Rp150 ribu hingga Rp1,2 juta, tas koja Rp20 ribu sampai Rp250 ribu, lomar Rp30 ribu, selendang Rp60 ribu, golok Rp700 ribu dan suvenir berkisar Rp10 sampai Rp30 ribu. 

2. Pemerintah membuka kawasan Baduy, kunjungan wisatawan mulai meningkat

Usai Dipakai Jokowi, Baju Kampret Khas Baduy Laris Manis(ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Salah satu pelaku UMKM dari Desa Kanekes, Kudil (45), para pembeli membeli barang khas Baduy itu dari online maupun datang sendiri ke tempat mereka. "Kami merasa kewalahan melayani tingginya permintaan baju "kampret" itu, " kata dia. 

Di sisi lain, pemerintah daerah juga kini membuka kembali obyek wisata juga ditambah di kawasan pemukiman Baduy memasuki musim buah durian, sehingga kunjungan wisatawan meningkat. 
 
"Kami sejak dua pekan terakhir ini habis terjual 100 baju kampret dengan harga Rp250 ribu per potong," kata dia. Jika ditotal, maka pendapatannya mencapai Rp25 juta.

Sementara itu, seorang wisatawan bernama Hendra mengungkap, dia datang ke Baduy bersama keluarganya untuk mengunjungi UMKM. Mereka membeli baju kampret Baduy juga tas koja dan pengikat kepala.
 
"Kami membeli kerajinan Baduy itu mencapai Rp3 juta dengan pembayaran tunai melalui rekening bank," kata wisatawan dari Jakarta tersebut. 

3. UMKM sempat terpuruk karena pandemik COVID-19

Usai Dipakai Jokowi, Baju Kampret Khas Baduy Laris ManisKawasan Baduy tutup (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Selama pandemik COVID-19, UMKM di Baduy ikut terpukul. Permintaan barang-barang kerajinan khas Baduy menurun drastis.

Oleh karena itu, kata Kudil, pendapatan sebesar Rp25 juta selama dua pekan terakhir itu tentu sangat membantu keberlangsungan ekonomi pelaku UMKM. 

Baca Juga: Mengenal Suku Baduy dan Baju Adatnya yang Sederhana

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya