Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menerima Kondisi Obesitas Bukan Bagian dari Selflove

20250928_094604.jpg
Talkshow Hindari Obesitas untuk Jaga Jantung Bareng-Bareng (Hobi Jajan Bareng) Untuk Harapan yang Meringankan di Tangerang Selatan (IDN Times/Maya Aulia Aprilianti)
Intinya sih...
  • Pengidap obesitas perlu sadar bahwa kegemukan adalah penyakit berbahaya. Banyak yang tidak menyadari risiko obesitas dan menganggapnya sebagai selflove.
  • Obesitas juga bisa dilihat dari lingkar perut. Lingkar perut di atas ukuran normal dapat menandakan obesitas central, yang mempengaruhi organ penting.
  • Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia harus dilakukan. Gaya hidup kurang sehat dan kurang olahraga menjadi penyebab utama obesitas di Indonesia.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tangerang, IDN Times - Berdasarkan World Obesity Atlas (2022), Indonesia menempati urutan ke-3 dari 10 negara di Asia Tenggara dengan estimasi prevalensi obesitas tertinggi, baik pada perempuan 14 persen maupun laki-laki 8 persen. Sementara, Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi obesitas dewasa (kelompok usia lebih dari 18 tahun) naik dari 21,8 persen (tahun 2018) menjadi 23,4 persen (tahun 2023).

Bahkan, data dari Kementerian Kesehatan tahun 2025, ada 1/4 dari total penduduk Indonesia mengidap obesitas. Data tersebut cukup mengkhawatirkan lantaran obesitas diketahui menjadi penyebab penyakit metabolik lainnya, seperti hipertensi, kolesterol berlebih, gula darah tinggi, hingga berujung pada serangan jantung.

Vito A Damay, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, dalam acara Hindari Obesitas untuk Jaga Jantung Bareng-Bareng (Hobi Jajan Bareng) Untuk Harapan yang Meringankan bersama Novo Nordisk mengungkapkan, pada tahun 2025 ini, Kementerian Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/509/2025, disebut bahwa obesitas merupakan penyakit metabolik kronik dengan penyebab yang kompleks dan multifaktorial.

"Penyakit ini bisa berbahaya karena menarik penyakit lainnya, seperti hipertensi, hyper kolesterol, diabetes melitus, ketiganya pemicu penyakit pembuluh darah jantung," kata Vito.

1. Pengidap obesitas perlu sadar bahwa kegemukan adalah penyakit berbahaya

20250928_104809.jpg
Talkshow Hindari Obesitas untuk Jaga Jantung Bareng-Bareng (Hobi Jajan Bareng) Untuk Harapan yang Meringankan di Tangerang Selatan (IDN Times/Maya Aulia Aprilianti)

Vito menuturkan, selama ini, banyak masyarakat Indonesia yang tidak sadar bahwa obesitas bisa berisiko mengundang penyakit mematikan datang. Bahkan, banyak juga yang berdalih menerima kondisi obesitasnya lantaran merasa bagian dari mencintai diri sendiri atau selflove.

"Salah satu caranya bisa keluar dari obesitas adalah sadar dulu dan mau mengatasinya, sehingga mencari pengobatan dan mengubah gaya hidup," kata Vito.

Vito menuturkan, mencintai diri sendiri seharusnya dilakukan dengan mengupayakan kesehatan tubuh sendiri dan menghindarkannya dari resiko-resiko terkena penyakit, salah satunya obesitas. Meski begitu, Vito tak memungkiri keluar dari obesitas tidak bisa dilakukan secara instan.

"Makanya penanganan obesitas dari satu pasien ke pasien lain pasti berbeda, karena sebagai dokter, kami juga harus melihat kondisinya sehingga bisa menentukan treatment apa yang paling tepat diterapkan," jelasnya.

Pasalnya, jika orang yang telah menderita obesitas cukup lama, akan sangat mungkin juga menderita sakit sendi terutama lutut. Sehingga, tidak mungkin treatmentnya untuk olahraga berat seperti lari. Begitu juga dengan mengontrol pola makan, jika pasien yang sudah obesitas parah dengan berat di atas 200 kilogram, tidak mungkin diminta untuk membatasi makan secara ekstrim.

"Sebagai dokter, harus mempertimbangkan berbagai hal agar proses bisa berjalan secara konsisten, kalau memang harus dilakukan bisa juga dengan intervensi operasi bariatrik atau pemotongan lambung dan obat-obatan tertentu," tuturnya.

2. Obesitas juga bisa dilihat dari lingkar perut

20250928_094600.jpg
Talkshow Hindari Obesitas untuk Jaga Jantung Bareng-Bareng (Hobi Jajan Bareng) Untuk Harapan yang Meringankan di Tangerang Selatan (IDN Times/Maya Aulia Aprilianti)

Salah satu jenis obesitas yang kerap kali diidap masyarakat Indonesia yakni obesitas central, di mana lingkar perut melebihi ukuran normal. Di mana, menurut Kemenkes, seseorang bisa dikatakan obesitas jika lingkar pinggang (Waist Circumference) di atas 90 cm pada laki laki, dan di atas 80 cm perempuan.

"Jadi, jika badan kurus, tapi lingkar perut di atas rata-rata tersebut, sudah bisa dikatakan obesitas, karena pada bagian perut, lemak mempengaruhi berbagai organ penting," ungkapnya.

Sementara, untuk mengukur keseluruhan, bisa menggunakan penghitungan indeks massa tubuh (IMT), yakni berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (BB (kg)/TBxTB (m)).

"WHO mengklasifikasikan IMT untuk Asia Pasifik adalah ≥23 kg/m2 untuk BB lebih dan ≥25 kg/m2 untuk obesitas," tuturnya.

3. Perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia harus dilakukan

20250928_094600.jpg
Talkshow Hindari Obesitas untuk Jaga Jantung Bareng-Bareng (Hobi Jajan Bareng) Untuk Harapan yang Meringankan di Tangerang Selatan (IDN Times/Maya Aulia Aprilianti)

Vito menegaskan, salah satu penyebab kasus obesitas sangat banyak di Indonesia yakni gaya hidup. Di mana, banyak makanan yang kurang sehat, tinggi gula dan lemak, juga kurangnya budaya olahraga masyarakat juga menjadi salah satu penyebabnya.

Untuk itu, pemberian kesadaran masyarakat akan bahaya obesitas dan penerapan gaya hidup sehat perlu dilakukan untuk menurunkan kasus obesitas di Indonesia.

"Karena masalah obesitas bisa menjalar ke penyakit lain, masalahnya adalah di Indonesia penyakit terbesar yang ditangani oleh JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah masalah Jantung dan Pembuluh Darah," tuturnya.

General Manager Novo Nordisk Indonesia, Sreerekha Sreenivasan mengungkapkan, pada Hari Jantung Sedunia ini, pihaknya ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit jantung agar orang Indonesia lebih memahami cara melindungi jantung, di mana salah satu kontributor utama yakni obesitas.

"Melalui perubahan gaya hidup sehat maupun dukungan medis, terbukti efektif dalam menurunkan resiko penyakit jantung," tuturnya.

Selain itu, kampanye mengenai resiko obesitas juga terus digaungkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya obesitas. Hal tersebut, diharapkan bisa membuat masyarakat lebih menjaga pola makan hingga rutin berolahraga.

"Kami melakukan sosialisasi baik kepada pasien maupun dokter, karena banyak juga dokter yang mendapati pasien diabetes yang berasal dari obesitas, namun takut menyinggung pasien tersebut," jelasnya.

Salah satu hal baru yang juga dihasilkan oleh Novo Nordisk yakni GLP-1 RA merupakan farmakoterapi yang digunakan untuk mengobati diabetes tipe 2 pada pasien yang tidak terkontrol dengan metformin. Selain secara efektif menurunkan HbA 1c , GLP-1 RA memiliki potensi untuk mengatasi berbagai faktor risiko pada pasien diabetes tipe 2.

"Farmakoterapi ini memiliki efek tidak membuat orang cepat laper, lalu bisa membuat orang merasa kenyang lebih lama sehingga kita bisa mengendalikan itu, lalu GLP-1 juga menurunkan inflamasi, memperbaiki lapisan pembuluh darah yang berfungsi untuk fleksibilitas," pungkas Vito.

Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest News Banten

See More

Menerima Kondisi Obesitas Bukan Bagian dari Selflove

28 Sep 2025, 15:10 WIBNews