Efisiensi Saat Pandemik, PT Angkasa Pura II Hemat Hingga Rp1,8 Triliun

Efisiensi, Terminal 1 dan 2F Bandara Soekarno-Hatta ditutup

Tangerang, IDN Times - PT Angkasa Pura II terus melakukan efisiensi di tengah pandemik COVID-19.  Salah satunya dengan menutup Terminal 1 dan 2F Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang sejak 24 April 2020.

Penutupan tersebut merupakan salah satu strategi Business Survival. Direktur Utama PT Angkasa Pura II, M Awaluddin mengatakan, strategi Business Survival yang diaktifkan sejak April 2020 sampai sekarang itu memiliki tiga program yakni penghematan (cost leadership), penyesuaian terhadap belanja modal (capex disbursement) dan memperketat manajemen arus kas (cash flow management).

"Hingga kini ketiga program tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan sampai Q3/2020 ini memberikan dampak terhadap pencapaian kinerja EBITDA perseroan yang masih positif," jelas Awaluddin, Rabu (7/10/2020). 

Baca Juga: Fakta-fakta Baru Kasus Oknum Nakes yang Lecehkan Penumpang di Soetta

1. Penghematan air dan listrik hingga 56 persen

Efisiensi Saat Pandemik, PT Angkasa Pura II Hemat Hingga Rp1,8 TriliunIDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Awaluddin mengungkapkan, penghematan yang dilakukan perseroan di 19 bandara misalnya adalah penggunaan air dan listrik. Sepanjang April – September 2020 perseroan dapat menghemat konsumsi air hingga 56 persen dari yang dianggarkan pada awal tahun, sementara itu penggunaan listrik dapat dihemat sebesar 42,75 persen.

Salah satu caranya yakni dengan penyesuaian pola operasional di Bandara Soekarno-Hatta, dimana Bandara Soekarno-Hatta beroperasi melayani traveller di Terminal 2D, 2E dan Terminal 3. 

"Sementara itu melihat tren penerbangan yang ada, Terminal 1 dan Terminal 2F tidak melayani penerbangan untuk sementara waktu," jelas Awaluddin. 

Baca Juga: Alasan AP II Tutup Terminal 1 dan 2F Bandara Soetta

2. Penghematan mencapai Rp1,8 Triliun

Efisiensi Saat Pandemik, PT Angkasa Pura II Hemat Hingga Rp1,8 TriliunIlustrasi kesibukan Bandara Soekarno-Hatta sebelum pandemik COVID-19 (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Melalui program cost leadership, lanjut Awaluddin, penghematan yang dilakukan PT Angkasa Pura II sepanjang Januari – September 2020 bisa mencapai sekitar Rp1,8 triliun dari alokasi biaya usaha perseroan pada RKAP 2020. 

“Dari anggaran biaya operasional yang sudah disiapkan pada awal tahun ini, kami dapat melakukan penghematan sekitar Rp1,8 triliun. Penghematan merupakan salah satu kunci dalam menghadapi tantangan pandemik COVID-19,” tuturnya. 

Secara umum, anggaran tahun ini bisa dihemat dari efisiensi operasional untuk fasilitas non-prioritas. Di sisi lain, fasilitas prioritas untuk kepatuhan 3S+1C tetap dioperasikan secara penuh.

“Penyesuaian pola operasional dilakukan di bandara-bandara PT Angkasa Pura II dengan tetap memperhatikan aspek pelayanan, keamanan dan keselamatan penerbangan,” jelas Awaluddin. 

3. Penerapan program capex disbursement

Efisiensi Saat Pandemik, PT Angkasa Pura II Hemat Hingga Rp1,8 TriliunIlustrasi Bandara Soekarno-Hatta (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Awaluddin mengungkapkan, program capex disbursement perseroan juga berjalan lancar. Melalui program ini, capex yang ditetapkan sebesar Rp7,8 triliun pada awal tahun ini ditekan menjadi hanya Rp712 miliar.

Capex tahun ini kemudian hanya difokuskan untuk proyek yang bersifat multiyears, pemeliharaan fasilitas guna menjamin keamanan, keselamatan, pelayanan, serta perencanaan desain Terminal 4 Bandara Soekarno-Hatta.

"Kami juga fokus pada manajemen arus kas (cash flow management) dengan memperhatikan serta menyeimbangkan aliran cash in dan cash out," jelasnya. 

4. Pefindo memberikan rating idAAA dengan outlook negatif

Efisiensi Saat Pandemik, PT Angkasa Pura II Hemat Hingga Rp1,8 TriliunIDN Times/Maya Aulia Aprilianti

Awaluddin mengungkapkan, strategi yang dijalankan PT Angkasa Pura II dalam menghadapi tantangan COVID-19 ini mendapat respons positif dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). 

Pefindo memberikan rating idAAA dengan Outlook negatif untuk periode 10 September 2020 sampai dengan 1 September 2021 terhadap PT Angkasa Pura II, berdasarkan laporan keuangan tidak diaudit per 30 Juni 2020 dan laporan keuangan audit per 31 Desember 2019.

"Obligor berperingkat idAAA merupakan peringkat tertinggi yang diberikan Pefindo. Kemampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya, relatif terhadap obligor Indonesia lainnya, adalah superior," jelasnya. 

Sementara itu, Director of Finance PT Angkasa Pura II Wiweko Probojakti menerangkan, Pada Agustus 2020, PT Angkasa Pura II mencatatkan obligasi berkelanjutan I AP II tahap kedua 2020 senilai Rp2,25 triliun di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pencatatan obligasi ini merupakan upaya perseroan dalam menerapkan manajemen arus kas (cash flow management) secara ketat. 

“Melalui program Business Survival yang berjalan efektif di tengah pandemi, seluruh bandara PT Angkasa Pura II yang berjumlah 19 bandara dapat tetap beroperasi dengan menerapkan protokol kesehatan sehingga kami dapat turut menjaga konektivitas udara Indonesia,” jelas Wiweko. 

Baca Juga: PSBB Tangerang Raya, Bandara Soetta Siapkan Minimum Operation

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya