27 Siswa Keracunan Usai Santap MBG, Ombudsman Datangi SMPN 1 Kramatwatu

- Ombudsman mengawasi program MBG secara intensif
- 7 sekolah disuplai dapur yang sama, tapi keracunan hanya terjadi di SMPN 1
- Pihaknya telusuri faktor penyimpanan dan pengemasan makanan
Serang, IDN Times – Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Banten turun langsung ke SMP Negeri 1 Kramatwatu, Kabupaten Serang, setelah 27 siswa mengalami gejala keracunan setelah menyantap makanan dari Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada Selasa (2/9/2025).
Kepala Keasistenan Pemeriksaan Laporan Ombudsman Banten, Zaenal Muttaqien, mengatakan pihaknya ingin mengidentifikasi persoalan serta memastikan standar operasional prosedur (SOP) dalam program MBG benar-benar dijalankan. Kami ingin klarifikasi ke pihak sekolah, ke SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi), sekaligus memastikan SOP dijalankan agar kejadian serupa tidak terulang,” kata Zaenal, Kamis (4/9/2025).
1. Ombudsman tengah mengawasi secara intensif program MBG

Menurutnya, Ombudsman juga sedang menyiapkan pengawasan lebih masif terhadap program MBG, baik di Banten maupun secara nasional, mengingat sebelumnya sempat terjadi kasus serupa di Kabupaten Lebak.
Zaenal menjelaskan, dari hasil pengecekan sementara, siswa yang mengalami gejala mual, muntah, hingga diare sudah mendapat penanganan. Enam siswa sempat dibawa ke klinik, sementara lainnya dipantau oleh pihak sekolah karena baru mengalami gejala saat di rumah.
“Sekolah juga sudah berkoordinasi dengan SPPG. Mereka ikut melakukan treatment bagi siswa yang terdampak, baik yang dirawat di klinik maupun yang harus istirahat di rumah,” katanya.
2. Ada 7 sekolah yang disuplai oleh dapur yang sama, tapi keracunan hanya terjadi di SMPN 1

Diketahui, SPPG Serdang-Kramatwatu melayani tujuh sekolah. Namun, dugaan keracunan hanya terjadi di SMPN 1 Kramatwatu. Dari informasi yang dihimpun Ombudsman, sebagian sekolah lain memilih tidak mendistribusikan makanan setelah mencurigai kualitas menu yang dibagikan.
"Ada juga yang dimakan sekolah lain, tapi ada juga yang gak dimakan. Tapi tak ada kasus yang sama," katanya.
3. Pihaknya tengah telusuri faktor penyimpanan dan pengemasan makanan

Zaenal menambahkan, faktor teknis penyimpanan dan pengemasan makanan juga tengah ditelusuri. Misalnya, kata Zaenal, buah tanpa kulit dicampur dengan sayuran panas lalu ditutup dalam kemasan rapat, bisa menimbulkan reaksi yang memengaruhi kualitas makanan. "Itu yang sedang dipastikan oleh ahli gizi dan penjamah makanan bersertifikat,” ujarnya.
Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Serang sudah mengambil sampel makanan yang dibagikan pada hari kejadian untuk diuji laboratorium. Hasil pemeriksaan diharapkan bisa memastikan penyebab pasti dugaan keracunan.
“Ombudsman akan mengawal proses ini hingga tuntas, agar kejadian serupa tidak berulang,” kata Zaenal.