Badak Jawa Musthofa Mati Saat Proses Translokasi Ke JRSCA

- TNUK: Musthofa meninggal akibat penyakit kronis, bukan luka
- Penelitian IPB menunjukkan inbreeding Badak Jawa mencapai 58,5%
- Ardi sebut kondisi stabil Musthofa menurun tiba-tiba, hasil nekropsi tunjukkan penyakit kronis dan infeksi parasit berat
Serang, IDN Times – Seekor badak jawa (Rhinoceros sondaica) bernama Musthofa yang baru dipindahkan dari habitatnya di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ke kawasan konservasi Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA), dilaporkan mati dalam perawatan.
Dari informasi yang beredar, dugaan awal disebutkan kematian Musthofa terjadi akibat luka yang dialami selama proses penangkapan dan pemindahan. Namun, hal itu dibantah oleh Balai TNUK.
Musthofa ditranslokasi menggunakan moda darat dan laut, termasuk kendaraan amfibi KAPA K-61 milik TNI AL. Setiba di JRSCA, ia ditempatkan di kandang rawat (paddock) untuk adaptasi dan observasi medis.
1. TNUK: Musthofa tak mengalami luka, kematian dipicu penyakit kronis

Kepala Balai TNUK, Ardi Andono, menyebut translokasi Musthofa telah melalui perencanaan matang, melibatkan ahli konservasi satwa liar dalam dan luar negeri, dokter hewan, TNI, serta mitra internasional.
“Musofa dipindahkan tanpa luka atau cedera, namun penyakit kronis yang lama diderita menjadi tantangan medis yang tidak dapat diatasi,” kata Ardi dalam siaran pers, Kamis (27/11/2025).
Menurut Ardi, translokasi tetap dibutuhkan untuk jangka panjang karena kondisi genetik Badak Jawa yang sangat terancam akibat inbreeding.
"Penelitian IPB University menunjukkan populasi badak hanya memiliki dua haplotype, dengan inbreeding sebesar 58,5 persen pada haplotype 1 dan 6,5 persen pada haplotype 2," katanya.
2. Ardi sebut awalnya kondisi stabil, menurun tiba-tiba

Ardi menjelaskan, Musthofa masuk pit trap pada 3 November 2025. Proses pemindahan dilakukan setelah mempertimbangkan cuaca ekstrem dan keselamatan satwa. Ia tiba di JRSCA pada 5 November dengan kondisi stabil dan respons adaptasi yang dinilai baik. Namun, pada 7 November, Musthofa mengalami penurunan kondisi klinis.
"Tim medis memberikan penanganan darurat, tetapi ia akhirnya dinyatakan tidak dapat diselamatkan pada sore hari," katanya.
3. Hasil nekropsi: penyakit kronis dan infeksi parasit berat

Dari hasil nekropsi yang dilakukan oleh tim patologi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University. Hasilnya menunjukkan penyakit kronis pada lambung, usus, dan otak. Selain itu ditemukan juga infeksi parasit dalam jumlah signifikan dan degenerasi jaringan
"luka lama akibat perkelahian di alam (bukan penyebab utama)," katanya.
Temuan ini menjadi perhatian serius untuk meningkatkan manajemen kesehatan badak di habitat alami. Balai TNUK bersama IPB University dan mitra konservasi akan menindaklanjuti kasus ini dengan analisis mendalam terkait deteksi dini penyakit, pengelolaan habitat, dan pemantauan kesehatan populasi.
“Kepergian Musofa menjadi kepedihan bagi kami, tetapi juga momentum refleksi atas kompleksitas konservasi spesies langka ini,” ujar Ardi.


















