Nasib WNI Dieksploitasi dan Dijadikan Online Scammer di Myanmar

- Habib Albahri dieksploitasi menjadi pelaku online scammer di Myawaddy, Myanmar.
- Awalnya diiming-imingi gaji besar, Habib malah dipaksa mencari nomor WhatsApp warga Indonesia dengan siksaan mental dan fisik jika tidak memenuhi target.
- Berkat video viral di TikTok, Habib dan puluhan WNI lainnya berhasil dipulangkan ke Indonesia setelah membuat video yang viral di TikTok.
Tangerang, IDN Times - Malang benar nasib Habib Albahri, pria asal Medan, Sumatra Utara. Dia berniat ingin mengadu peruntungan di negara tetangga, Kamboja malah dieksploitasi menjadi pelaku online scammer di Myawaddy, Myanmar.
Habib merupakan salah satu dari puluhan WNI yang berhasil dipulangkan oleh Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia/BP2MI pada Jumat (28/2/2025), melalui bandara Soekarno-Hatta.
Habib awalnya tidak memiliki pekerjaan alias menganggur dan tiba-tiba mendapat iklan di media sosial Facebook mengenai lowongan kerja menjadi pelayan restoran di Kamboja.
Dalam iklan tersebut, disebutkan pula gaji yang fantastis, yakni sebesar 35ribu baht atau sekitar Rp15 juta per bulan. Lantaran gaji besar itu, Habib pun lantas menghubungi nomor yang ada di iklan tersebut untuk mendaftarkan diri.
"Saya lalu diterima dan dikatakan akan diberangkatkan ke Kamboja," kata Habib di Bandara Soekarno-Hatta, Jumat (28/2/2025).
1. Bukannya bekerja di Kamboja, Habib malah dibawa ke Myanmar

Habib mengungkapkan, saat diberangkatkan, dia tidak curiga akan dieksploitasi. Namun, saat tiba di Thailand, Habib malah dibawa menyeberang melalui jalur darat ke Myawaddy, Myanmar yang merupakan daerah konflik bersenjata.
"Di sana ditempatkan di mess, bersama warga Indonesia lainnya," jelasnya.
2. Habib dipaksa mencari 5 nomor telepon WhatsApp WNI setiap harinya

Habib menuturkan, saat tiba di lokasi, ia bukan bekerja sebagai pelayan restoran malah diminta duduk di depan komputer untuk mencari nomor WhatsApp warga negara Indonesia. Di mana, Habib ditargetkan untuk mendapatkan 5 nomor per harinya.
"Setelah itu dikasih ke leader yang juga orang Indonesia, namanya Rizky Gunawan Pratama yang juga orang Tebing Tinggi, Medan," jelas Habib.
Selama 6 bulan dipaksa melakukan pekerjaan tersebut, Habib hanya digaji selama 1 bulan saja sebesar 20 ribu baht. Jumlah tersebut, jauh dari yang dijanjikan iklan tersebut.
"Janjinya kan sekitar Rp15 juta, ternyata dibayar hanya di bulan pertama sekitar Rp9 juta, 5 bulan selanjutnya tidak digaji sama sekali," ungkapnya.
3. Habib mendapat siksaan mental dan fisik jika tidak mencapai target

Bukan hanya tidak digaji, Habib juga harus menerima siksaan mental maupun fisik selama berada di sana jika tidak bisa memenuhi target 5 nomor perhari. Siksaan tersebut berupa makian hingga diminta melakukan push-up dengan pemberat galon air minum.
"Bahkan ada kawan kami yang sampai dipukul oleh leader yang orang Indonesia itu juga," jelasnya.
Habib dan puluhan WNI lainnya akhirnya berhasil pulang lantaran membuat video dan diunggah ke akun TikTok hingga menjadi viral dan sampai ke telinga pemerintah Indonesia.
"Itupun setelah viral, 2 hari kemudian leadernya tahu dan salah satu kawan kami dipenjara, kaya penjara kompeni gitu," tuturnya.
Ia pun bersyukur bisa kembali pulang ke Indonesia dan segera bisa bertemu keluarga di kampung halaman. Namun, mereka akan ditempatkan terlebih dahulu di rumah penampungan milik Kementerian Sosial untuk proses pemeriksaan lanjutan dan rehabilitasi.