Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Pasien COVID-19 yang Isoman Diminta Jujur dan Melapor ke Puskesmas

ilustrasi ruang isolasi (ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica)

Kota Tangerang, IDN Times - Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Poris Plawad, Cipondoh, Kota Tangerang, Wien Agung Firdiansyah menyebut, masih banyak pasien COVID-19 yang melakukan isolasi mandiri (isoman) tanpa melapor ke puskesmas.

Agung menyebut, sebab itulah banyak kasus kematian pasien saat isoman tak terpantau.

1. Agung meminta warga melapor saat isoman sehingga kondisinya terpantau

default-image.png
Default Image IDN

Agung mengatakan di puskesmas tempat dia bekerja, belum menerima laporan mengenai warga meninggal saat isoman. Sebab, ketika warga isoman mengalami perburukan kondisi kesehatannya, mereka akan segera merujuknya ke rumah sakit.

"Belum ada laporan warga isoman yang melapor ke kita meninggal, karena kita pantau itu," kata dia.

2. Warga yang tak melapor saat isoman, tak terpantau Puskesmas

ilustrasi pasien COVID-19 yang isoman (muhealth.org)

Agung mengatakan banyak warga yang mengetahui dirinya positif COVID-19 dari hasil tes mandiri, namun mereka tak melapor. Warga dengan kondisi ini tidak akan terpantau oleh pihak Puskesmas.

"Yang kebanyakan (meninggal) itu yang  gak melapor. Jadi saya kecewanya sama warga ya, dia gak melapor kalau posisinya positif atau misal gejalanya suspect lah," kata Agung.

3. Warga yang isoman harus jujur dan melapor ke puskesmas atau Satgas COVID-19

Ilustrasi petugas uji swab. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Untuk itu, dia meminta agar warga yang isoman harus jujur dan melapor pada puskesmas terdekat atau Satgas COVID-19 di lingkungannya. Agung juga meminta masyarakat tidak perlu takut atau panik saat positif COVID-19.

"Intinya kalau hasil tes positif, laporlah gak usah malu-malu.  Nanti kita kawal, meski dengan keterbatasan SDM," kata dia. 

Petugas puskesmas imbuhnya bisa memantau dan memberikan obat-obatan yang perlu dengan berbagai fasilitas yang ada, termasuk ojek online. "Obat gratis, tapi ojeknya dibayar oleh pasien," kata Agung.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ita Lismawati F Malau
EditorIta Lismawati F Malau
Follow Us