Pariwisata untuk Entaskan Kemiskinan di Lebak

Bisakah?

Lebak, IDN Times - Lebak tercatat sebagai daerah dengan persentase tertinggi kedua untuk angka kemiskinan di Banten. Pemerintah Kabupaten Lebak pun meminta kepala desa mengoptimalkan pengelolaan objek pariwisata untuk mengatasi kemiskinan di desa masing-masing. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Banten, Lebak mencatat angka kemiskinan 10,29 persen pada pendataan tahun 2021. Lebak ada di bawah Pandeglang yang mencatat angka kemiskinan 10,72 persen. 

1. Sektor pariwisata dinilai bisa memberikan multiefek bagi pelaku UMKM hingga menyerap tenaga kerja

Pariwisata untuk Entaskan Kemiskinan di Lebakpotret suku Baduy (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Kabupaten Lebak Dodi Irawan yakin, pegoptimalan sektor pariwisata dapat meningkatkan ekonomi. "Dan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat," kata Dodi, seperti dikutip dari Antara, Rabu (7/9/2022). 

Sektor pariwisata dinilai bisa memberikan multiefek cukup besar bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada di desa, di mana para wisatawan itu bisa membeli produk makanan maupun kerajinan untuk oleh-oleh. 

Pada akhirnya, hal tersebut dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain itu, kata dia, sektor pariwisata juga dapat menyerap tenaga kerja baru, sehingga mampu mengatasi pengangguran.

"Kami mendorong semua kepala desa dapat mengoptimalkan sektor pariwisata untuk menumbuhkan ekonomi," katanya. Pada akhirnya, hal ini bisa mengentaskan kemiskinan. 

Baca Juga: Jibaku Petugas Puskesmas Lebak Imunisasi Balita di Pemukiman Baduy

2. Potensi wisata Lebak, dari wisata "Negeri di atas Awan" hingga Baduy

Pariwisata untuk Entaskan Kemiskinan di Lebak(Objek wisata Negeri di Atas Awan Gunung Luhur, Lebak, Banten) Instagram.com/@arisaputrw9644

Saat ini, hampir di 340 desa di Kabupaten Lebak memiliki potensi pariwisata dan memiliki nilai jual untuk mendatangkan wisatawan domestik dan mancanegara. Potensi pariwisata itu di antaranya  wisata alam, wisata buatan, dan wisata budaya.

Bahkan, beberapa destinasi wisata yang dikelola desa kini tumbuh dan berkembang. Misalnya, wisata "Negeri di atas awan" Desa Citorek, wisata "Pantai Sawarna" Desa Sawarna, wisata "Pantai Bagedur" Desa Malingping Barat, wisata "Bukit Cicurahem" Desa Gunungkencana, wisata "Arung Jeram" Desa Lebak Gedong, dan wisata "Pemandian Air Panas" Desa Cipanas.

Begitu pula wisata buatan, di antaranya wisata "Permainan Air" Desa Cimenteng Jaya dan wisata budaya masyarakat Baduy di Desa Kanekes. 

"Semua wisata yang dikelola desa itu tergabung dalam usaha Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat," kata Dodi. 

3. Kunjungan wisatawan ke permukiman masyarakat Baduy mulai ramai setelah pemerintah membolehkan kembali aktivitas warga

Pariwisata untuk Entaskan Kemiskinan di LebakWarga Baduy Dalam menunggu wisatawan di Desa Kanekes, Lebak (ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas)

Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lebak Imam Rismahayadin  mengatakan, sektor pariwisata mampu menggulirkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan mampu mengatasi kemiskinan.

Saat ini, pemerintah daerah memfokuskan pada upaya peningkatan kunjungan wisatawan untuk mendongkrak pendapatan ekonomi masyarakat. "Dalam waktu dekat kami akan menyelenggarakan kegiatan tingkat nasional untuk menarik wisatawan," kata Imam.

Sementara itu, Kepala Desa Kanekes sekaligus tokoh masyarakat Baduy, Jaro Saija mengatakan, pengunjung dari berbagai daerah di  Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat memadati kawasan permukiman Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak untuk mengisi liburan akhir pekan. 

Kunjungan wisatawan ke permukiman masyarakat Baduy mulai ramai setelah pemerintah membolehkan kembali aktivitas warga, di tengah pandemik COVID-19.  Kebanyakan wisatawan yang mengunjungi kawasan permukiman Baduy menuju perkampungan Baduy Dalam dengan berjalan kaki setapak dari Ciboleger hingga lima jam.

"Kami merasa senang dengan banyaknya pengunjung, karena menyumbangkan pendapatan ekonomi untuk masyarakat Baduy," kata dia.

Baca Juga: Stunting di Indonesia, Benang Kusut yang Sulit Diurai

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya