Anggaran Rapid Test di Banten Lebih dari Rp25 Miliar
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Serang, IDN Times - Anggaran pembelian alat pengambilan sampel darah cepat alias rapid test di Provinsi Banten mencapai sebesar Rp 25.993.268.000. Rapid test tersebut digunakan untuk memetakan penyebaran virus corona atau COVID-19.
Meski demikian pemeriksaan sampel darah kilat itu tidak dapat efektif mendiagnosa orang yang terpapar virus corona.
Baca Juga: Rapid Test Diklaim Masih Efektif di Banten, Meski Dinilai Tak Akurat
1. Anggaran Rp25 miliar untuk pembelian alat rapid test sebanyak 154.000 stik
Juru Bicara Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Banten Ati Pramudji Hastuti mengatakan anggaran senilai hampir Rp26 miliar tersebut digunakan untuk pembelian sebanyak 154.000 stik alat rapid test. Selain itu, anggaran tersebut digunakan untuk pembelian bahan habis pakai seperti alcohol swab, blood lanset dan pen lanset, biaya sewa tenda, meja, kursi, kipas angin saat layanan rapid test drive thru dan makan minum petugas.
Kemudian alat rapid test yang dibeli Pemprov sebanyak 154.000 stik tersebut sebagian di distribusikan ke Dinas Kesehatan kabupaten dan kota dan sebagian dikerjakan langsung oleh Dinkes Provinsi Banten.
"Dari sisi diagnostik rapid test tidak efektif karena rapid test bukan sebagai diagnosa pasti orang terpapar COVID atau tidak. Untuk diagnosa pasti dilakukan swab," kata Ati saat dikonfirnasi, Kamis (25/6).
2. Meski tidak efektif, Ati menilai, rapid test diperlukan
Meski tidak efektif, kata Ati, namun rapid test tetap diperlukan untuk penjaringan atau screening massal sebagai langkah awal. Dengan alat ini, petugas bisa menentukan siapa saja yg menjadi prioritas orang yang harus dilakukan swab karena mengingat pemeriksaan swab dilakukan tenaga khusus yang terbatas.
"Waktu pemeriksaan (swab test) dengan hasil yang cukup lama dan memakan waktu, ketersediaan Lab rujukan COVID hanya sedikit, reagen dan bahan habis pakai yang dibutuhkan membelinya harus indent, biaya yg dikeluarkan besar. Sehingga rapid test masih terus digunakan dan efektif di masa pandemik ini," katanya.
3. Pemeriksaan swab PCR dari Bio Farma dinilai mahal
Terkait perusahaan BUMN Bio Farma sudah memproduksi PCR, Ati mengungkap bahwa untuk melakukan pemeriksaan Swab PCR di Bio Farma, masyarakat harus membayar cukup mahal.
"Dan kalau membandingkan itu harus apple to apple, tidak bisa membandingkan antara rapid dan swab PCR karena kegunaan, fungsi, dan tujuannya pun berbeda," katanya.
Baca Juga: Kasus COVID-19 Melonjak di Banten, Pemeriksaan Test Swab Mengantre