Apem Putih, Menu Legendaris Berbuka Puasa dari Pandeglang

Pandeglang, IDN Times - Kue apem putih merupakan makanan khas dari Pandeglang Banten, teksturnya lembut dan kenyal, warnanya putih, dan rasanya manis, cocok sekali untuk menu puasa atau takjil.
Apem putih biasa ditemui saat bulan suci Ramadan tersebut memiliki banyak penggemar dan kerap dijadikan makanan favorit saat berbuka puasa.
Baca Juga: Banten Terima Kuota 11 Ribu Ton Minyak Curah Hingga Awal Mei
1. Apem Cimanuk yang legendaris
Ada satu daerah di Pandeglang yang dikenal karena pembuatan apem putih ini, yakni Desa Kadubungbang, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang.
Di desa ini, salah satu pembuat apem putih bernama Ema. Dia sudah 30 tahun menekuni bisnis apem putih ini. Apem buatannya terbuat dari beras dan tape.
Karena bentuknya besar dan mengembang, kata dia, banyak konsunen yang menyebutnya apem bohay. “Ada juga apem-apem putih yang lain. Namun, kalau apem bohay lebih lembut,” kata Ema, Senin (18/4/2022).
2. Makanan ini sangat digemari warga Banten, terutama jadi menu buka puasa
Apem putih terbuat dari tepung beras dan tape. Kue yang berbentuk segi empat, mengembung dan berwarna putih ini rasanya tidak gurih seperti makanan lainnya. Biasanya, apem putih cocok dihidangkan dengan ditemani pemanis dari gula jawa untuk hidangan berbuka puasa.
Cita rasa kue apem yang putih, kenyal dan manis membuat yang menyantapnya akan merasa ketagihan dan terus menyantapnya sampai habis,
Makanan ini sangat digemari oleh masyarakat Pandeglang khususnya dan masyarakat Banten pada umumnya." Jadi kadang yang datang dari Serang, Rangkasbitung bahkan ada yang Jakarta ke sini sengaja cuma buat beli apem putih doang," katanya.
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Hutan dan Pulau Recommended di Pandeglang
3. Banjir pesanan saat Ramadan, meningkat 50 persen
Bulan Ramadan ini menjadi berkah tersendiri bagi para penjual apem putih di Pandeglang. Omzet penjualan makanan apem putih selama bulan meningkat hingga 50 persen.
Bahkan, pembuat apem putih boh Cimanuk, Kabupaten Pandeglang mengaku kewalahan memenuhi pesanan dari para penjaja keliling dan pembeli.
" Tahun lalu kita paling habis 3 ribu per hari, sekarang kita produksi 6 ribu, itu pun masih ada yang pesan kita tolak karena kewalahan," katanya.