Penyiksaan Anak di Tangsel, P2TP2A: Bukan Bullying, Tapi Kekerasan! 

P2TP2A fokus kesembuhan korban

Tangerang Selatan, IDN Times - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Tangerang Selatan turun tangan dalam kasus kekerasan di Serpong. Dalam kasus ini, P2TP2A akan menjadi pendamping hukum dan membantu pemulihan luka korban Z (16).

Kepala P2TP2A Tangsel  Tri Purwanto menjelaskan bahwa saat ini luka bakar yang dialami korban mulai mengering atau dalam tahap penyembuhan.

"Tidak ada luka dalam yang dirasa, keluarganya bilang tidak ada," kata Tri saat dikonfirmasi, Kamis (19/5/2022).

Baca Juga: Biadab! Anak Berkebutuhan Khusus di Tangsel Disiksa 5 Pemuda

1. P2TP2A menilai, perlakuan para pelaku bukan lagi perundungan

Penyiksaan Anak di Tangsel, P2TP2A: Bukan Bullying, Tapi Kekerasan! (Ilustrasi kantor Polres Tangsel) Istimewa

Dia mengungkapkan bahwa perbuatan para pelaku kepada korban bukan lagi bagian dari perundungan.

"Itu kekerasan, bukan bully. (Pelakunya) Dia juga bilang engga kenal, karena informasinya pelakunya itu teman dari temannya, tapi nanti pihak kepolisian yang mencari tahu," kata Tri.

2. Tak hanya menyiksa, pelaku juga ambil alih HP korban

Penyiksaan Anak di Tangsel, P2TP2A: Bukan Bullying, Tapi Kekerasan! Ilustrasi chat WhatsApp (Unsplash/Christian Wiediger)

Handphone yang dipakai merekam aksi penyiksaan terhadap anak berkebutuhan khusus berinisial Z di Serpong, ternyata milik korban yang diambil alih oleh para pelaku.

Hal tersebut dikatakan oleh ibu korban, Nu (40) saat menceritakan kronologi kekerasan yang dialami anaknya.

3. Berawal dari kecurigaan ibu korban

Penyiksaan Anak di Tangsel, P2TP2A: Bukan Bullying, Tapi Kekerasan! Ilustrasi kekerasan anak (IDN Times/Sukma Shakti)

Z baru ditemukan pada Senin (16/5/2022) pukul 03.00 WIB. Saat ditemukan, Z memberitahu ibunya jika ia habis main. "Bilangnya abis main aja," katanya.

Nu menaruh curiga, karena saat Z tak kunjung pulang, anaknya update status di WhatsApp miliknya dengan kata-kata tak senonoh dan bahkan mengunggah video kekerasan.

"Jadi handphone anak saya ini dipakai untuk rekam kejadian itu. Dan mereka (pelaku) membajak status anak saya, bikin status video kejadian sama kata-kata yang tidak senonoh," kata Nu.

Baca Juga: Pelaku Kekerasan Anak Berkebutuhan Khusus di Tangsel Berjumlah 8 Orang

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya